Di bangunan terbuka yang di desain khusus sebagai rumah kompos, dua orang pemuda sibuk mengayak tumpukan sampah organik yang telah lebur menjadi tanah. Sementara itu, di sebelah utara bangunan, sekitar dua puluh meter, beberapa orang petani tengah menyirami puluhan bedengan yang dipersiapkan untuk menanam sawi hijau.
Sawi hijaunya sendiri di ambil khusus dari lahan pembibitan yang juga terletak di lokasi pertanian organik seluas dua rantai di Desa Sleumak Kabupaten Deli Serdang.
“Sekarang waktunya menanam sawi, meskipun baru 14 hari tetapi bibit sawi yang disemai sudah siap tanam, proses pertumbuhan cepat karena saya memakai kompos asli, kalau tidak menggunakan kompos, maka dibutuhkan 20 hari bagi bibit sawi untuk siap di tanam” ujar Alamsyah salah seorang petani organik di Desa Sleumak.
Alamsyah juga mengungkapkan kalau dirinya lebih suka menggunakan kompos sebagai pupuk utama bagi tanamannya. Menurut pengalamannya, Pupuk kompos memberikan keuntungan lebih bagi tanamannya, selain murah dan bisa di buat sendiri, ia juga meyakini bahwa kompos yang digunakannya lebih bisa menyuburkan tanah ketimbang memakai pupuk kimia. Selain itu dengan menggunakan pupuk kompos, tanaman sawinya akan terhindar dari zat-zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya.
Menanggapi masalah hama tanaman, Alamsyah tersenyum yakin, mengisyaratkan bahwa momok bagi segenap petani ini bukanlah hal yang menakutkan. Baginya hidup ini adalah sebuh keseimbangan, segala sesuatu permasalahan yang lahir secara alamiah, maka solusinya juga ada di alam. Ia menjelaskan bahwa untuk hama tanaman berupa serangga perusak, maka ia cukup menyemprotkan ramuan kecubung di tanamannya, yang penting segala sesuatu permasalahan yang berkaitan dengan tanaman saya maka penyelesaiannya harus alami dan organik, tuturnya dengan yakin. (twp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar